Langsung ke konten utama

SEO halaman satu google

 

Ilustrasi gambar sumber :akudigital

On-page SEO, breed.... sudah lama saya pingin nulis artikel ini. Bagi saya pribadi, On-page SEO ibarat sebuah pondasi bangunan, jika kuat, maka ia akan mampu menopang sebuah bangunan sampai ke atap. Jika tidak, makan akan mudah sekali bangunan tersebut roboh.

Well, sebelum lanjut lebih jauh, disini saya pingin ngajak sedikit berpikir lebih dalem terkait on-page SEO. Pada dasarnya, ada pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya bisa kita sendiri temuin dengan menganalisis. Pertanyaan tersebut antara lain:

1. Apakah artikel panjang itu wajib sebagai acuan On-page SEO?

Jika jawabannya iya, maka sesekali kita perlu melakukan analisa kenapa banyak website yang nggak pakai artikel tapi masuk halaman satu. Contoh sederhananya ecommerce.

2. Apakah density itu wajib sebagai acuan On-page SEO?

Jawabannya bisa sama kaya poin pertama, atau jawaban lain bisa kita lihat pada blog-blog yang nggak mikirin density.

Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang bakal nanti membuat kita mikir dan tau sendiri sih, oh jadi ini primer, ini sekunder.

Pertanyaannya, apa salah menerapkan hal-hal sekunder? Nggak ada yang salah, malah justru bagus, karena bisa menambah score SEO kita. Tapi khusus density, sebaiknya harus sedikit berhati-hati agar artikel jadi nggak rancu ketika dibaca oleh pengunjung.

Ok, next.

Seperti yang sudah saya sebutkan diatas, ada 2 hal dalam onpage SEO yang bener-bener musti kita pisah dulu. Primer sama Skunder. Dan melalui artikel ini, saya akan bahas itu secara terpisah juga.

On-page SEO Primer

1. Judul

Dulu, pemain SEO memang sangat kaku sekali dengan ini. Judul harus exact sesuai keyword yang dibidik. Tapi kalau ngelihat bukti kaya yang dibawah ini gimana?


Nah lo? pie atimu breed?

Kan itu tribunnews.com bos, ya jelas aja dong. Web besar, Web yang authority-nya tinggi.

Ok, saya punya 2 jawaban untuk menjawab ini. Jawaban pertama, ya udah silahkan bikin web sekelas tribun. Jawaban kedua, silahkan cek keyword terkait berita atau teknologi. Saya kasih beberapa contoh deh.


Google sudah lebih jago membedakan istilah yang serupa. Jadi ni, judul gak perlu plek duplek alias sama persis dengan keyword yang kita incar.

2. Meta Description

Pada dasarnya, meta description itu penting gak penting sih. Kenapa saya bilang gitu? karena ada 2 kemungkinan google menampilkan deskripsi di hasil pencarian. Pertama dari meta description itu sendiri, kedua potongan dari konten yang ada pada sebuah halaman web.

Tapi kenapa saya masukkin ke hal primer? Karena kalau sampai kosong, kependekan, atau kepanjangan (sama judul halaman juga), nanti jadinya bakal nongol error seperti ini.

Yang jelas ini wajib di isi. Dan pendapat saya, tetep gak harus exact sesuai dengan keyword yang diincar.

3. Link Canonical

Ini udah barang wajib biar gak boleh dilewatin. Pada dasarnya, banyak plugin yang sudah menyematkan fitur ini, antara lain AIO dan Yoast.

4. Mobile friendly

Google sendiri sudah meluncurkan mobile first indexing (selengkapnya bisa dibaca pada artikel: seo mobile. Jadi, mau gak mau nih, website harus mobile friendly kalau mau SEO friendly.

5. Konten yang Relevan

Konten yang relevan (versi saya) ini menurut saya susah untuk digambarin, karena ngukurnya pakai naluri. Dan pengertian umum mengenai konten ini menurut saya agak rancu, banyak yang seakan menggeneralisir bahwa konten samadengan artikel. Padahal konten itu luas banget.

  • Artikel = Konten
  • Video = Konten
  • Gambar = Konten
  • Dan banyak hal.

Kadang-kadang soal relevansi konten ini, kita bener-bener harus jeli mengukur.

Anggaplah untuk keyword “cek ongkir lazada”, maka konten yang tepat adalah sebuah form untuk cek ongkos kirim bukan malah sebuah artikel yang membahas soal cek ongkir lazada.

Dari sini, gambaran sederhananya adalah sebelum membuat sebuah konten, kita harus memosisikan diri pada posisi calon pengunjung. Dengan begitu, kita akan mudah sekali membuat konten sebuah web.

Termasuk jika konten itu sebuah artikel, tidak cukup hanya modal SEO friendly, tapi harus sesuai apa yang dicari pengunjung.

Contohnya bedasarkan pengalaman pribadi saya. Ketika saya ada kerjasama distribusi “suplemen penyubur kandungan”, saya jelas ingin merangkingkan keyword kakap “cara cepat hamil”. Pada saat itu saya dan team setengah mati merangkingkan artikel yang isinya adalah “cara cepat hamil dengan madu penyubur”, dan hasilnya failed alias gagal. Yang ada cuma bisa merangking di keyword “cara cepat hamil dengan madu penyubur”, bukan keyword utamanya “cara cepat hamil”.

Alhasil, saya dan team melakukan beberapa riset, karena kebetulan kakak sepupu saya lulusan akademi kebidanan, saya berdiskusi dengan dia. Dan yang saya mendapati adalah kebutuhan orang yang ingin segera hamil adalah konten yang isinya berkaitan dengan “penyebab sulit hamil” dan “solusinya”.

Baca juga :Pentingnya Belajar seo untuk pemula

On-page SEO Skunder

1. Heading

Tag heading (h1, h2, h3) menurut saya masuk dalam kategori skunder. Jika kita lihat, ada banyak web yang tidak menggunakan heading dan aman-aman saja.

Pada beberapa kasus, optimasi heading yang baik bisa menggantikan peran title tag untuk dimunculkan pada hasil pencarian. Misalnya saja seperti ini.

Jika dilihat, hasil judul tersebut tidak sesuai dengan title tag, karena yang ada pada title tag adalah h3 . Besar kemungkinan judul tersebut diambil dari h3 yang ada pada halaman tersebut.

2. Fast Load

Lagi-lagi update Google. Mulai Juli 2018, kecepatan halaman website (pagespeed) akan menjadi faktor peringkat dalam pencarian mobile (terkait mobile SEO). Selengkapnya bisa baca disini.

Tapi saya pribadi masih melihat bahwa poin ini masih bisa dibilang faktor skunder, buktinya masih banyak situs yang beratnya kaya batu beton tapi masih aman-aman saja.

3. ALT pada gambar

Pada dasarnya, ALT pada gambar bisa menjadi faktor primer pada kondisi tertentu. Terlebih jika kita ingin membuat gambar kita ranking juga, jika enggak ya sunnah aja mau dipakai mau enggak.

4. Internal Link

Internal link yang baik akan membuat pengunjung betah membaca sebuah blog, namun pada kondisi tertentu memang kita kesulitan membuat internal link. Selengkapnya soal internal link bisa dibaca disini.

5. Schema.org

Penggunaan schema.org ini menurut saya juga faktor skunder, tergantung kebutuhannya apa. Pada umumnya situs-situs besar seperti Tokopedia, Bukalapak, dan sebagainya akan menggunakan schema versi product, maka daripada itu kita sering melihat halaman mereka nongol rating bintang dan kadang harga produknya berapa.

Pada kasus lain ada juga blog resep, seringkali kita melihat ada penampakan unik di hasil pencarian. Dan ini merupakan hasil karya schema.org.

Atau adalagi misalnya hasil dari webini, ini juga merupakan hasil penggunaan schema.org

Satu hal yang perlu digaris bawahi terkait schema.org ini adalah perlu pengetahuan khusus terkait implementasinya. Oleh sebab itu, jika memang kesulitan mengimplementasikan sebaiknya urungkan niat untuk menggunakan, karena jika salah-salah bisa menyebabkan banyak notifikasi error di webmaster tools.

Banyak juga theme yang terkadang mengimplementasikan schema.org namun tidak valid. Saran saya, silahkan cek di webmaster tools masing-masing atau cekhttps://search.google.com/test/rich-results jika terjadi banyak error segeralah perbaiki.

Plugin SEO: All in One SEO vs Yoast SEO

Seringkali saya ditanya lebih pilih mana. Saya pribadi lebih memilih All in One SEO.

Keduanya punya kelebihan masing-masing, namun bagi kita yang jeli, Yoast seringkali menyebabkan error pada halaman yang dihalamankan (contoh:https://ssblogger22.blogspot.com/pages/2). 

SSBLOGGER22

Pada plugin Yoast, halaman semacam ini tidak di noindex, alhasil seringkali membuat halaman semacam ini duplicate dengan halaman lain.

Namun bukan berarti masalah pada Yoast ini tidak bisa diatasi. Kita bisa melakukan noindex dengan robots.txt atau jika jago pemrograman, hal ini bisa dengan cara membuat sebuah fungsi.

Sementara itu dulu yang bisa saya tulis, akan saya tambah jika memang diperlukan. Bisa juga usul melalui komentar, kira-kira faktor onpage apa yang belum saya bahas.

Komentar

Terbaru